Peta Pembiayaan Kesehatan Indonesia: Capaian dan Tantangan

Prastuti Soewondo, SE, MPH, PhD-Universitas Indonesia

Seminar Nasional IndoHCF 25 April 2018

Posisi Indonesia dalam statistik global menunjukkan variasi yang lebar dengan negara lainnya, contoh negara Brazil mengeluarkan perkapita kurang lebih 780 USD/thn, Thailand sebesar 219 USD/thn dan sudah menjalankan Universal Health Coverage (UHC). Rata-rata belanja lower middle income 132 UDS/thn, angka ini sangat minimal untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan dasar saja. Selain itu data global menunjukkan sekitar 50% dari populasi dunia yang hidup di 71 negara memiliki belanja perkapita kurang dari 90 USD/thn, ini menunjukkan terjadi global krisis kesehatan yang mengakibatkan sulitnya akses kesehatan dan akan jatuh miskin apabila sakit. Olehkarena itu diharapkan pemerintah dapat memberikan proteksi keuangan yang efektif.

Proporsi pengeluaran kesehatan dibandingkan dengan GDP, kita dapat melihat Indonesia dari tahun 2010-2015 peningkatannya tidak significant yang artinya industi kesehatan kisaran 3,3% - 3,6%. Menurut UU 36/2009, pusat seharusnya menganggarkan paling sedikit 5 % dari total APBN untuk kesehatan diluar gaji. Pemerintah pada tahun 2016 terus berupaya meningkatkan anggaran kesehatan dalam rangka memenuhi amanat UU36/2009 (Anggaran kesehatan yang mencapai 5% APBN), sehingga pengeluaran out of pocked pada tahun 2010 sebesar 56,7% menurun menjadi 45,1 % pada tahun 2016. Anggaran kesehatan tersebut sebagian besar diperuntukan bagi Kementrian Kesehatan, jaminan kesehatan dan transfer ke daerah. 34,7% dari total anggaran publik sektor kesehatan tahun 2016 dialirkan ke BPJS Kesehatan untuk pembayaran iuran PBI, PNS/TNI/POLRI/veteran dan pensiunan.

Pada potret kesehatan di tahun 2016, belanja kesehatan publik sekitar 40% dan swasta 60%. Dimana periode sebelumnya proporsi belanja kesehatan public sebesar 30% dan swasta 70%. Dari sisi sumber pendanaan pada tahun 2015, tertinggi berasal dari sektor private 83,2 USD, Government 38,2 USD dan dana lain sebesar 0,5 USD.

Sejak tahun 2014, Kemenkes menekankan primary care sebagai gate keeper dan terus menerus mengadakan perbaikan dengan meningkatkan kompetensi dan kekuatan dalam menangani 155 diagnosa penyakit. Data menunjukkan proporsi preventif care terjadi peningkatan bermakna pada tahun 2010 sebesar 1,8% menjadi 3,1% pada tahun 2015. Belanja kesehatan untuk periode tahun 2010-2015 sebagian besar untuk pelayanan kuratif rehabilitatif untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Belum ada perubahan yang signifikan proporsi ini sebelum maupun sesudah pelayanan JKN.

Tantangan tren belanja kesehatan di seluruh dunia akan selalu meningkat, diharapkan proporsi kesehatan kepada JKN diteruskan dan diperkuat kurang lebih 15%. Dan diprediksikan porsi kepada sektor swasta akan menurun dan pembiayaan out of pocked menjadi lebih minimal.

  Komentar

Komentar Hanya Untuk Member

Komentar hanya bisa dilakukan oleh member IndoHCF.
Belum memiliki akun? klik disini untuk membuat akun baru.

  Baca Juga

Juara 1 Kategori Alat Kesehatan IndoHCF Innovation Award II-2018

Biosains Rapid Test GAD65 Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES Penjelasan Singkat: Biosains Rapid Test GAD65 adalah rapid test untu…

Peran Industri Kesehatan dalam Mendukung Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Biosains Rapid Test GAD65 Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES Penjelasan Singkat: Biosains Rapid Test GAD65 adalah rapid test untu…